Rajam Sepi Seorang Perempuan

Peresensi: Firman Robbani



Judul Buku      : Perempuan Batih
Penulis            : A.R. Rizal
Penerbit          :  Laksana
Tahun Terbit   :  2018
Tebal               : 260 hlm
ISBN               : 976-102-407-405-0

"Yang aku takutkan bukan kematian, melainkan bila dibunuh sepi."

GADIS adalah seorang perempuan kampung. Hidup dalam masyarakat matrilineal di Minangkabau, seharusnya nasib perempuan itu baik-baik saja. Tapi tidak, Gadis malah harus menantang hidup yang sangat berat.

Menjadi sendiri di rumah batunya, di masa remaja Gadis harus mengadu untung di kota. Ia menumpang di rumah kerabat. Menjadi pengasuh anak, bekerja di rumah makan, baginya tak apa-apa. Masa remaja dihabiskan di kota, hingga Gadis menikah dan harus kembali ke rumah batunya.
Sebagai seorang istri, Gadis malah jadi tulang punggung keluarga. Sayang beribu, ia mendapatkan suami yang tak pandai bertanggung jawab. Sang suami pergi meninggalkan dirinya. Gadis harus membesarkan sendiri anak-anaknya.

Pertarungan hidup sebagai orang tua tunggal tak gampang. Gadis harus melakoni banyak pekerjaan. Berdagang di pasar, berladang, mengurus kebutuhan anak-anaknya. Beban itu dijalani sebagai tanggung jawab yang mesti ditunaikan.

Setelah anak-anaknya besar, nasib berbalik kepada Gadis. Satu persatu anak-anaknya pergi meninggalkan dirinya. Bermacam alasan anak-anak itu. Karena mengikut suaminya, hingga ingin menjadi manusia yang mandiri. Di penghujung usia, Gadis menjadi perempuan yang sepi.

Perempuan Batih  bukan hanya tentang seorang perempuan bernama Gadis. Kisah hidupnya memang tragis. Tapi, novel ini lebih dari sebuah cerita. Perempuan Batih menangkap perubahan sosial di Minangkabau secara cermat. Perubahan sosial dalam novel ini begitu ensensial karena menyentuh struktur sosial terkecil, yaitu keluarga.

Dalam masyarakat tradisional, struktur keluarga berbentuk batih atau keluarga inti. Di Minangkabau, dalam keluarga inti itu, perempuan memiliki peran penting. Tapi, dengan perubahan zaman, keluarga inti berubah menjadi keluarga kecil. Tak ada lagi kehidupan komunal dalam keluarga. Orang-orang mencari peruntungan hidupnya sendiri-sendiri.

Perubahan struktur keluarga inti ini bukannya tanpa resiko. Perempuan Batih mengambarkan dengan baik bagaimana dampak dari perubahan itu. Nasib Gadis berakhir di panti jompo. Perempuan-perempuan dalam masyarakat matrilineal banyak berakhir di panti jompo, hidup dalam sepi dan kesendirian. Tak ada kejahatan yang lebih buruk selain membuang perempuan Minang ke panti jompo.

Perempuan Batih adalah sebuah novel yang kuat secara tema. Gambaran perubahan struktur sosial yang diceritakan dengan baik menyebabkan novel ini pantas disebut sebagai sebuah karya sastra yang mengupas tentang Minangkabau.

Sudut pandang penceritaan, alur, dan gaya bahasa menjadi hal yang istimewa pula pada novel ini. Menariknya, penulis memulai cerita dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Penulis seperti ada dalam cerita. Ia seperti seorang tukang kaba, sebuah sastra lisan yang hidup dalam masyarakat Minangkabau. Dalam hal memilih sudut pandang, novel ini memang direncanakan dengan baik.

Penulis novel ini adalah seorang jurnalis, sarjana sastra pula. Artinya, kemampuan estetis dan reportase sosial berpadu dalam Perempuan Batih. Ketajaman seorang jurnalis menangkap fenomena sosial dipadukan oleh kelihaian sarjana sastra mengolah kata-kata. Penggambaran sosial dalam novel ini terdeskripsikan dengan dasar-dasar akademis yang teruji.

Mengambil motif ukiran rumah gadang, Perempuan Batih menjadi bacaan penting bagi generasi kekinian. Agar generasi hari ini menyadari tentang perubahan yang sedang terjadi. Arti penting bagi generasi hari ini untuk selelu menghargai dan mencintai perempuan-perempuan mereka, ibu-ibu mereka.*



Komentar

Postingan Populer