Rama-rama di Rumah Mandeh
Novel A.R. Rizal |
JADI perempuan itu adalah takdir. Menjadi perempuan di negeri
perempuan, berarti bencana. Mandeh tak menginginkan rumah gadang, pekarangan,
ladang, sepetak sawah yang telah mengering, tanaman yang sepanjang musim bisa
dipanen. Tidak, Mandeh tak ingin memilikinya.
“Tugas perempuan itu cumalah
menjalani nasib. Menikmati proses, tak penting bagaimana hasilnya.”
Jauh-jauh hari, Mandeh sudah mempersiapkan penggantinya di rumah gadang. Ia
tak bisa berharap kepada saudara perempuannya yang paling besar. Ijah,
pikirannya bermasalah.
Harapan Mandeh ada pada Lena. Sedari kecil, Mandeh memperlakukan Lena
seperti anak perempuan sendiri. Disekolahkan, dipenuhi segala kebutuhannya.
Ketika beranjak dewasa, Lena malah memberikan dirinya kepada seorang laki-laki.
Laki-laki itu telah merampas impian terbesar Mandeh.
Anak perempuan Mandeh yang menjadi penerus terbaik. Nina perempuan yang
cerdas. Ia pandai menyelesaikan segala urusan. “Aku ini hanyalah menjalani
takdir. Sedangkan Nina, ia anak perempuan yang membuat takdirnya sendiri.”
Tapi, Mandeh tak bisa memberikan takdirnya di rumah gadang kepada anak
perempuannya itu. Tidak bisa.*
Komentar
Posting Komentar